Rabu, Mei 13, 2015

Jenis dan Karakteristik Pensil


Pensil yang kita ketahui selama ini adalah merupakan bagian dari sebuah peralatan menulis maupun menggambar . Pensil sudah menjadi sebuah kebutuhan utama sebagai pelengkap material di berbagai aktivitas , dari pelajar, pemerintahan ataupun para seniman . Di jaman dahulu tepatnya di Yunani, Alat ini sudah di gunakan dan sudah di produksi ,menyesuaikan perkembangan secara bertahap hingga sekarang ini ,pensil sudah merambah ke seluruh dunia dan mempunyai bentuk kesempurnaan yaitu berbentuk batang bulat panjang terbuat dari kayu dengan ujung membentuk silinder yang meruncing dan mempunyai mata pensil .

Untuk menghasilkan sebuah karya gambar pensil yang indah dibutuhkan jenis pensil yang tepat. Penggunaan jenis dan karakter pensil yang tepat dalam setiap tahapan dan teknik menggambar merupakan salah satu faktor yang menentukan nilai estetika suatu karya. Sebagian orang memang dapat menghasilkan suatu maha karya dengan hanya menggunakan satu buah pensil, akan tetapi akan jauh lebih baik jika anda sebagai pemula menggunakan beberapa jenis pensil yang memiliki karakter dan fungsi berbeda sesuai kebutuhan anda. Secara umum terdapat tiga macam pensil yang sering digunakan dalam menggambar yaitu pensil biasa, pensil refill dan pensil mekanik. Sebagai pemula akan sangat penting untuk mengetahui karakter dan fungsi masing-masing pensil.

Jenis-jenis Pensil
Karakter atau sifat yang membedakan satu pensil dengan pensil yang lain adalah kekerasan dan kehitaman. Tingkat kekerasan dan kehitaman suatu pensil bergantung pada jumlah karbon dan tanah liat yang digunakan. Perbedaan karakter itulah yang menyebabkan setiap jenis pensil memiliki fungsinya masing-masing. Terdapat beberapa jenis pensil sesuai sudut pandangnya sebagai berikut :
·                     FUNGSI PENSIL
Di era modern sekarang ini pensil adalah sarana tepat untuk mengungkapkan beberapa dari ide atau uraian yang ada dalam pikiran kita sehingga proses pembuatan maupun proses penentuan akan terjadi berkat adanya pensil ini . Sebagai contoh proses pembuatan sebuah tulisan , sketcing , desain ,dll . Sedangkan contoh proses penentuan , dapat kita lihat seorang pelajar yang sedang menjawab soal pertanyaan ujian nasional , maka pensil lah yang menjadi alat utama setelah mereka berfikir dengan matang atas pertanyaan yang di ajukan di soal ujian . Seorang arsitek juga akan mendapatkan sebuah hasil yang sesuai dengan adanya pensil sebagai alat material pokok . Begitu juga seniman pensil yang sengaja membuat lukisan dengan hanya bermodalkan pensil dan kertas saja . Dan masih banyak lagi contoh yang lainnya .

·                     KEISTIMEWAAN PENSIL
Perbedaan yang signifikan terjadi jika kita bandingkan antara pensil dengan ballpoint , Pensil menghasilkan sebuah goresan yang terkesan blurr dan istimewanya bisa di buat semakin tajam jika kita gerakkan secara terus menerus . Dan pensil pun bisa di hapus apabila terjadi beberapa kesalahan ,ada juga para seniman yang menggunakan pensil tanpa menggunakan penghapus. Berbeda jika kita menggunakan ballpoint yang tingkat ketajamannya jauh lebih tajam dan susah untuk di hapus .

·                     JENIS JENIS PENSIL
Jenis pensil banyak macam dan kegunaannya ,ukurannya pun bertahap dari mulai yang terendah hingga ukuran ketajaman yang tinggi .
1.                  Pensil Mekanik , Pensil ini adalah pensil tanpa raut . Kemasannya mirip ballpoint dan bisa di isi ulang . Alat ini sering dipakai untuk keperluan sketcing awal maupun arsiran pada bagian detail seperti membuat arsiran rambut agar terkesan semi realis . Ukurannya hanya tersedia ukuran H. dan 2 B
2.                  Pensil Grapith , Pensil ini adalah pensil yang banyak di gunakan secara umum . Bentuknya bulat panjang terbuat dari kayu dengan mata pensil di tengah ,dan dapat di raut. Ukuran pensil grapith ini bervariasi dari H,F,B,Hb,B,2B,3B,4B,5B,6B,7B,8B,9B,EB, dan EE . Masing masing berbeda ketebalannya dan berurutan ,semakin tinggi ukurannya maka akan semakin tajam .
3.                  Pensil Conte .Alat ini terbuat dari bubuk arang yang di olah dan di kemas serupa dengan pensil grapith , Namun agak lebih besar bentuk bulatan kayu nya. Umumnya alat ini di gunakan oleh para seniman pensil . Tekhnik menggambar menggunakan alat ini pun banyak macamnya . Selain itu juga ada tambahan kuas atau kapas sebagai pelengkap/pendukung dalam langkah tekhnik arsirannya.
4.                  Pensil Carchoal .Alat ini tak jauh beda dengan pensil conte . Hanya saja tekstur arsiranyang di hasilkan terkesan lebih kasar . Memaksimalkannya pun sama dengan pensil conte yaitu dengan menambahkan kapas atau kuas .
5.                  Pensil Dermatograph . Alat ini berbeda dengan jenis pensil di atas , Umumnya di gunakan untuk membuat desain atau sketch di atas permukaan kaca ,namun ada juga yang menggunakan di atas kertas . Tekstur arsiran yang di hasilkan lebih licin atau berminyak . Cara merautnya sangat unik sebab terbuat dari kertas yang di gulung rapi sebagai pembungkus nya ,jadi kita tinggal menarik ujung kertas yang ada di dekat mata pensil 
6.                  Pensil Tukang . Alat ini hanya spesial di gunakan untuk para tukang kayu . Desain yang di buat adalah berbentuk pipih memanjang . Mata pensilnya pun agak lebih besar .enyesuaikan pembungkusnya 
7.                  Pensil Rias . Alat ini hanya di gunakan untuk merias wajah saja . Dalam hal ini untuk membuat bentuk alis maupun meperhitam bulu mata dan daerah sekitar mata . Tekstur arsir yang dihasikan lebih lembut fan di khususkan hanya untuk bagian wajah saja .
8.                  Pensil Warna . Bentuk dan tekstur sama seperti pensil grapith ,hanya saja mempunyai karakter warna . 
9.                  Pensil Crayon . Alat ini sama halnya seperti crayon namun di kemas sepetti pensil gtapith , dan memiliki beberapa karakter warna .

1.      Berdasarkan kekerasan
Jika ditinjau berdasarkan kekerasannya, pensil dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu keras, sedang, dan lunak. Untuk menunjukkan tingkat kekerasan umumnya produsen pensil menggunakan huruf H (Hardness). Semakin besar angka pada huruf H, maka akan semakin keras sifatnya. Berikut ini tabel jenis-jenis pensil beradasarkan tingkat kekerasan.
Lunak
Sedang
Keras
Keterangan
2B
B
4H
H = hard


HB = halfblack


B = black


F = firm
3B
HB
5H
4B
F
6H
5B
H
7H
6B
2H
8H
7B
3H
9H


2.      Berdasarkan kehitaman
Berdasarkan kehitaman, pensil terdiri dari beberapa jenis yaitu pensil dengan intensitas kehitaman rendah, sedang, dan tinggi. Pensil biasanya diberi kode dengan huruf B (Blackness) untuk menyatakan kehitamannya. Semakin besar angka pada huruf B maka semakin tinggi intensitas kehitamannya. Dari jenis pensil H, B, 2B, 3B, 4B, 5B, 6B, 7B, 8B, dan jenis EB, pensil H merupakan pensil dengan kehitaman paling rendah dan jenis pensil EB memiliki intensitas kehitaman paling tinggi.


3.      Berdasarkan kegunaan
Tingkat kekerasan dan kehitaman pensil menyebabkan tiap-tiap pensil memiliki fungsi yang berbeda-beda. Meskipun setiap merek memiliki standar yang berbeda, akan tetapi secara umum anda dapat menggunakan acuan berikut ini.
Jenis
Kegunaan
H
Membuat perencanaan dan sketsa
B
2B
3B
Membuat outline dan arsiran
4B
5B
6B
Untuk keperluan tertentu seperti menggambar karakter kaca, air, dan lain sebagainya.
7B
8B

Demikianlah jenis-jenis pensil yang dapat anda gunakan dalam  melukis, semoga bermanfaat. Jika menurut anda artikel ini bermanfaat, maka kami harap anda berkenan membaginya kepada teman-teman anda di social media. Terimakasih. SALAM KREATIF......


Selasa, Maret 24, 2015

Jalan-Jalan Ke Kota Negara

Sedikit dari aku memperkenalkan daerah Negara, dimana tempat kelahiranku, sekarang aku akan mengajak kalian jalan-jalan menelusuri Kota Negara dan mengetahui sejarah Zaman ke zaman dari empat zaman Kalimantan Selatan. Saatnya kalian memakai sabuk pengaman dalam dunia khayalan agar dapat merasakan kenikmatan perjalanan, Dengan semangat, aku membagi informasi dan pengetahuan daerah Negara. Let’s goooooo, (meluncur dengan cepat).
Geografis Umum Negara
Negara adalah sebutan untuk tiga kecamatan, yaitu kecamatan Daha Selatan (tempatku tinggal). Kecamatan Daha Utara dan Kecamatan Daha Barat.Terletak di kabupaten Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan. Geografis Daerah Negara merupakan dataran rendah yang terhampar pada saat musim kemarau, dan bagaikan Danau Raksasa apabila musim Barat tiba, karena digenangi air setinggi satu meter lebih. Luas Daerah Negara 1260 kilometer persegi atau kurang lebih 126.000 Hektar. Dari Banjarmasin dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 4jam. Daerah Negara dilintasi sungai bercabang tiga yang bertemu dua muara dan satu ujung sungainya terletak dipusatnya kota Negara.
Keadaan Masyarakat Negara
Sejauh mata memandang, hamparan rawa yang terlihat. Kalau kita melakukan perjalanan ke Negara dari Kandangan ibukota kabupaten Hulu Sungai Selatan,maka kita akan melewati desa Muning Baru. Aroma ikan kering akan tercium bahkan disana ada central ikan kering, mulai sepat, haruan, sepat siam, papuyu, atau tauman.Sektor perikanan memang menjadi produk andalan Negara, sesuai dengan wilayahnya.Masyarakat lebih banyak memilih nelayan ikan tawar sebagai mata pencariannya, tapi bukan berarti Negara sebagai kampung nelayan. Memasuki pusat kota kita akan menikmati perkampungan pedapuran. Nama desanya Bayanan, tapi disebut kampung pedapuran karena penduduknya rata rata pengrajin gerabah.Hasil produksi andalannya adalah dapur alat masak dari gerabah dengan menggunakan kayu sebagai bahan bakarnya. Nah kalau kita memasuki desa Tumbukan Banyu, Sungai Pinang dan Habirau merupakan pusat pengrajin dari besi seperti parang,pisau dan lainnya. Jadi mereka rata rata mengambil profesi sebagai pandai besi. Desa disebelahnya adalah Habirau Tengah lalu Parigi. Didua desa ini terkenal dengan hasil kerajinan emasnya, maka disebut dengan kampung pa amasan. Ada lagi kampung pengrajin perak, kuningan, juga kampung ternak yang lain dari yang lain yaitu ternak kerbau rawa, ternak juga dapat dijadikan wisata kalang hadangan bagi yang belum pernah melihat atau mengunjungi, untuk sampai ke tujuan dapat menggunakan klotok umum yang banyak ditemukan disungai Negara.

Empat Zaman
Zaman Kerajaan
Pada zamanya kerajaan-kerajaan di Kalimantan sejak permulaan abad 15 yang disebut Negara Dipa dengan ibukotanya Kuripan. Dan kemudian sekitar pertengahan abad ke-16 Masehi, Kedudukan ibu Kota Pemerintahan Kerajaan Negara Dipa berpindah ke Negara,yang dalam sejarah Kerajaan-kerajaan di Kalimantan, dikenal dengan sebutan Negara Daha hingga permulaan abad ke-17 Masehi. Sepanjang sejarah kerajaan Negara Daha dipangku oleh Pangeran Mangku Bumi, Pangeran Temenggung dan diteruskan oleh Kerajaan Banjar dengan rajanya yang pertama bernama Pangeran Suriansyah atau pada masa itu disebut Pangeran Samudera. Pada saat itu Negara Daha terkenal sebagai Daerah yang pesat perkembangannya dalam bidang perindustrian kapal-kapal layar yang dapat dipergunakan untuk mengarungi samudera hingga India Belakang dan Laut Cina Selatan.Selain industri kapal layar tersebut juga hasil industri berupa alat-alat pertanian, perikanan, keramik, pakaian berupa sarung tenunan, yang disebut “tapih Sari Gading” dan “Serudung (Kekamban) Kangkung Keombakan”, dimana kesemua hasil industri tersebut sangat digemari oleh pendatang pendatang dari India Belakang dan orang-orang Cina yang sengaja datang untuk memesan dan membawa perahu-perahu layar yang sudah siap dipakai guna berlayar kembali ke negeri mereka masing-masing. Sehingga dimasa itu orang-orang yang datang dari India Belakang yang disebut orang Gujarat tertarik untuk bermukim di Kerajaan Negara Daha.
Zaman Hindia Belanda
Pada zaman Hindia Belanda, daerah Negara terkenal dengan sebutan Serambi Mekkah, karena pada masa itu diantara daerah-daerah di Hulu Sungai, daerah Negara cukup banyak memiliki sarjana-sarjana Islam yang mendapat pendidikan puluhan tahun dari kota Mekkah Saudi Arabia. Karenanya pada masa itu daerah Negara menjadi suatu wadah untuk menuntut ilmu-ilmu dalam bidang Agama Islam. Kebanyakan para siswa yang datang ke Negara berasal dari berbagai daerah di Hulu Sungai dan mereka sengaja bermukim selama masa pendidikan. Oleh sebab itu daerah Negara setiap surau atau langgar pada umumnya bertingkat dua, pada lantai bawah dijadikan tempat kuliah dan lantai atas sebagai mushalla. Sebagian besar letak langgar tersebut berdekatan dengan rumah tempat kediaman Guru. Di Negara, biasanya guru yang mengajarkan ilmu agama islam dan ilmu agamanya yang mendalam disebut dengan istilah Tuan Guru.Sehingga surau atau langgar tersebut nama langgarnya disebut dari nama nama Tuan Guru yang bersangkutan. Karena itu pula kebanyakan para siswa selama mengikuti pendidikan turut menginap ditempat kediaman Tuan Guru.Dengan adanya demikian kiranya tidaklah berlebihan Daerah Negara dalam sejarah pendidikan keagamaan secara tidak langsung telah turut menandai lembaran perkembangan pendidikan agama Islam di Hulu Sungai khususnya dan di Kalimantan Selatan secara umumnya.
Zaman Hinomaru (Pendudukan Jepang)
Dimasa ekspansi Bala Tentara Dai Nippon di indonesia, Daerah Negara telah pula mengalami sebagai wadah kegiatan- kegiatan usaba untuk alat-lat pertahanan Militer Jepang yang dinamakannnya Pertahanan Perang Asia Timur Raya. Antara lain yang menjadi aktivitasnya pembuatan senjata feluhur nenek moyang Bangsa Jepang yaitu “Pedang Samurai ”. Sehingga karenanya secara khusus bagi tukang besi atau yang disebut “Pandai Besi” mendapat despensasi, yaitu untuk tidak diikut sertakan dalam kegiatan “Kingrobusi ” artinya kerja suka rela dengan paksa. Dimana para Pandai Besi tersebut selain membuat Pedang Semurai, juga secara paksa tanpa menganal batas jam kerja untuk membuat segala macam peralatan dari logam untuk mengimbangi pola pertabanan gerilya.Pasukan Jepang. Selain dari itu semua bahwa setelah adanya obsevasi para pembesar Militer Jepang menganai Sungai Bahan yang memungkinkan dapatnya dilalui kapal yang berdaya muat 500 ton. Dengan adanya hasil obsevasi tersebut, terjadilah secara serampangan dan mendadak pembongkaran rumah-rumah penduduk guna dijadikan areal pembangunan sebuah pelabuhan yang terletak diperbatasan Kampung Tumbukan Banyu dengan Kampung Bayanan. Sementara pembuatan pelabuhan diselenggarakan juga pembuatan jalan kareta api sepanjang jarak antara Negara dengan Mangunang.Dimana seluruh pelaksanaan pembuatan Pelabuhan dan jalan kareta api tersebut,  hampur 90% dikerjakan oleh tenaga-tenaga Kingrohusi dari daerah Negara sendiri. Setelah pelabuhan selesai dibangun kareta api pun sudah berjalan untuk membawa Batu Bara yang sudah jadi arang kok dari Mangunang ke Negara dan sebaliknya dari Negara ke Mangunang diangkut pula alat peralatan Militer Jepang yang tadinya diangkut oleh kapal-kapal dari kayu yang dibuat Jepang di Banjarmasin atau pada waktu itu kapal yang demikian disebut Kapal Lamut. Demikianlah keadaan ini berlangsung hingga Militer Japang bertekuk lutut dengan sekutu.
Zaman Kemerdekaan
Zaman keempat, zaman berdentingnya lonceng Kemerdekaan Republik Indonesia atau zaman hapusnya cengkeraman kekuasaan asing di Indonesia. Sejak diproklamirkan Indonesia Merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 atau dimulainya detik-detik Perang Kemerdekaan hingga berakhirnya revolusi fisik, semenjak itu pula pada umumnya masyarakat Negara berada dalam salah satu komponen yang memiliki potensi yang diperhitungkan oleh setiap lawan dalam perang gerilya. Sebagai bukti dari puncaknya semangat Patriot putra-putra Negara, meledaklah serangan terbuka di slang hari tanggal 2 Januari 1949 untuk menumpas pos-pos kekuasaan Pemerintahan NICA yang berada di daerah Negara. Serangan ini dilaksanakan adalah sebagai realisasi instruksi Aksi Massal dari pimpinan umum ALRI Divisi IV Pertahanan Wilayah Kalimantan tertanggal 2S Desember 1948 atau sebagai konsekuensi gagainya ‘Pertemuan Renville ”. Meskipun akibat dari peristiwa 2 Januari 1949 banyak para pemuka masyarakat, tokoh-tokoh politik di Negara yang ditangkap dan ditawan militer NICA, namun komponen pejuang kemerdekaan yang masih ada tidak tinggal diam untuk menyusun satuan-satuan Pasukan Gerilya dan membentuk Unit pembuat senjata api berupa granat tangan model USA, pistol model Colt, senopan model L.E., meriam- meriam ringan dan rupa-rupa senjata tajam, antara lain pisau lempar, tombak dan lain sebagainya. Senjata-senjata tersebut disamping melengkapi persenjataan pasukan gerilya di daerah sendiri, tetapi juga untuk melengkapi persenjataan pasukan gerilya lainnya yang tersebar di pedalaman- pedalaman Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Keadaan kebijaksanaan yang demikian berjalan secara kontineu hingga berakhirnya Perang Kemerdekaan di Kalimantan khususnya dan di Indonesia umumnya. Setelah berada di alam kemerdekaan seraya menengok kebelakang dan mengkaji akan pengalaman Negara Daha dalam empat zaman, tercetuslah suatu keinginan untuk mengadakan satu perubahan status Kewedanaan Administratif untuk menjadi Daerah Otonom sehingga akhirnya lahirlah sebuah Panitia yang diberi nama Panitia Penuntutan Kabupaten Daha. Sebagai permulaan dari usaha penuntutan Kabupaten Daha, Panitia mengadakan rapat umum dengan mengundang semua organisasi politik (orpol), organisasi kemasyarakatan (ormas), pemuka-pemuka masyarakat dan seluruh lapisan masyarakat yang ada di Negara, hingga sampai pada kesimpulan untuk membuat sebuah Resolusi Penunturan Kabupaten Daha yang bunyinya adalah “Agar Daerah Kewedanaan Administratif Negara Ditingkatkan Menjadi Daerah Tingkat // Kabupaten Daha ”. Setelah melalui beberapa proses Penuntutan kepada DPRD Kabupaten Hulu Sungai Selatan sejak 14 Oktober 1966 dan terus menrus diperjuangkan hingga akhirnya DPRD Kabupaten Hulu Sungai Selatan mengadakan Sidang DPRD dengan keputusan Hulu Sungai Selatan menyetujui yang dinyatakan dalam sebuah resolusi yang isinya sebagai berikut : Pertama : Menyetujui dan menyokong Resolusi Panitia Penuntutan Kabupaten Daha pada tanggal 14 Oktober 1966 yang menuntut agar bekas Kewedanaan Administratif Negara dijadikan Daerah Otonom Tingkat Kabupaten. Kedua : Mendesak kepada Pemerintah Pusat cq. Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah agar bekas Kewedanaan Administratif Negara ini segera dibentuk menjadi Daerah Otonomi Tingkat Kabupaten yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, dan agar tuntutan ini dopat diwujudkan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kemudian oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan melansir Resolusi tersebut beserta data- data atas wajarnya tuntutan tersebut. Setelah dilansirnya Resolusi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan tersebut kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat | Propinsi Kalimantan Selatan dan oleh Gubernur disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Kalimantan Selatan, dimana akhirnya setelah DPRD Kalimantan Selatan mengadakan Sidang dinyatakan babwa untuk sementara bekas Kewedanaan Administratif Negara belum dapat dimekarkan menjadi daerah otonom tingkat kabupaten dengan pertimbangan babwa bilamana bekas Kewedanaan Negara menjadi daerah otonomi tingkat kabupaten Kabupaten Hulu Sungai Selatan akan menjadi ciut. Disamping dari pertimbangan yang demikian, secara kebetulan sekali adanya Peraturan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah yang maksudnya membekukan semua tuntutan pemekaran daerah otonom baru. Sampai disini, terhentilah kegiatan tuntutan Kabupaten Daha dan kini tinggal kenang-kenangan dihati setiap insan penghuni Negara Daha. Dengan catatan babwa Penuntutan Kabupaten tersebut diselenggarakan mulai bulan Oktober 1966 hingga berlangsungnya Sidang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan pada tanggal 12 Agustus 1968. Demikian selayang pandang Daerah Negara dalam empat zaman, yaitu zaman Kerajaan- kerajaan di Kalimantan, Zaman Hindia Belanda, Zaman Hinomaru, dan Zaman Kemerdekaan.

Minggu, Maret 15, 2015

TOLONG MAAFKAN AKU


         Aku, Arif, Imul, dan maidi. Kami berempat adalah sehabat sejak 6 tahun lamanya. Apa yang kami lakukan adalah hal yang tidak dapat diuraikan dengan kata-kata bahwa sahabat sejati itu seperti apa dan bagaimana, kami hanya menjalani kehidupan  bersama-sama. Apapun kami lakukan tak mau pisah deri berempat, memang aneh, dari pergi sekolah selalu berempat, dalam hal kegiatan diantara kami juga berempat, sampai-sampai tidurpun berempat dalam satu tempat. Tuh kan, tak terbayang apa jadinya. Setiap peristiwakami tak ketinggalan dengan kreasi dari kebiasaan kami lakukan, hanya sekedar berkumpul di ruangan bersama yang kami jadikan markas. Kemampuan yang kami miliki tersalurkan, tak begitu istimewa namun membuat hati bangga dari kreasi kami lakukan.
        Maidi, ia selalu memuji kami dengan kata-kata terucap dari mulutnya, ia memberikan pujian dari hati penuh keikhlasan. Hal itulah membuatkami merasa tersanjung dengsan kebiasaan anehnya, kata-kata ia yang aku tak pernah lupa ialah “Wah, menakjubkan sekali, apa yang kalian lakukan begitu kreatif, membuat aku menginginkan seperti kreasi dari kalian, jika aku yang membikinnya, kalian tak bisa bicara apa-apa lagi karena akulah yang paling bagus dari kreasi kalian buat,,, hahaha.” (Tertawa jahat). Terkadang disana lah membuat hati kami melakukannya dengan  lembut terhadapnya, penuh perasaan dengan lapang dada dan mengatakan sesuatu didekat telinganya “Terima kasih kawan, kau adalah yang terhebat.”
       Arif, ia memiliki kemampuan yang unik, ia selalu melihatdan menirukan kemampuan kami, terutama kemampuan hebatku, kalau aku membikin sesuatu yang menakjubksan, sekejap mata, ia dapat membikin sam persis denganku dan ia juga dapat membikin kata-kata indah, pernah kudengar dari mulutnya mengatakan “Aku adalah kamu, kamu adalah aku, aku kamu itu satu hati dua cinta, milikku milikmu dari jiwa raga sepenuhnya dapat dimiliki, jiwa raga antara aku dan kamu itu menyatu bagai pentol yang dicelupkan ke saos tomat merah.”
        Imul, ia selalu bermain gitar dan menonton anime terbaru dari banyaknya anime yang di rilis tiap minggunya. Disamping itu, ia juga membikin cerita khayalan, ia terinspirasi dari cerita anime yang ia tonton. Ia bercerita sedikit dari karangan ia bikin dengan singkat “Dengerin ceritaku, hai Arif, kamu jadi pemulung yang penolong, Maidi, seorang pengusaha besar namun otak dengan rambut hitam berkilau diselimuti penuh uban, dan kamu Fi’i, kamu adalahpembantuku yang begitu rajin dalam 24 jam nonstop membersihkan rumah mewah yang megah. Ya, untuk aku sendiri adalah super hero yang biasa namun disegani dan dipuji semua orang,,,hahaha.” (Tertawa licik).
          Paling ditunggu adalah dari diriku, aku Fi’i Flynn Walcom dibawah naungan organisasi KIRA dan namaku terkenal dimana-mana, tapi itu tidak ada dalam ceritaku ini,,,hehehe. Aku biasa saja dengan segenap cinta untuk berkreasi dengan indah dalam hal apapun menuju impian yang sukses, dalam kreasiku adalah menggambar menggunakan pensil, mengarang cerita, puisi, dan lainnya yang telah sebagian ku publikasikan dalam blog pribadiku yaitu safiisamuda.blogspot.com,,, hehehe (promosi diri). Itu semua adalah kebiasaan kami yang begitu mengesankan dengan perilaku agak aneh dan mustahil. Tapi tidak itu yang kumaksud dalam ceritaku, ada hal yang peting dari persahabatan yang kami lakukan dalam sebuah peristiwa disuatu tempat yang kami impikan dari ribuan mimpi.
        Kami berempat memutuskan untuk mendaki gunung yang telah kami nantikan , lalu kami siapkan perlengkapannya dengan lengkap dalam tiga hari lamanya. Sautau hari pada tanggal 04 Agustus tepatnya, kami berempat terjadi masalah, tak begitu besar namun sangat serius. Kami berempat berjalan disuatu tempat yang begitu indah pemandangannya, sejauh mata memandang anugerah Tuhan semakin nyata, Arif dan Imul pergi berduaan ke bukit gunung yang mana di sana tempat bagus untuk melihat pemandangan, sedangkan aku dan Maidi pergi ke danau yang katanya tempat tersebut begitu bagus untuk memancing ikan dan berenang.
          Arif dan Imul,  mereka tiba-tiba saja bertengkar, Arif melakukan kekhilafan terhadap Imul dan menampar pipinya, Imul merasa sakit hati, tapi dengan tanpa berkata-kata, ia melihat pasir dan menilis diatasnya “HARI INI, SEHABAT BAIKKU MENAMPAR PIPIKU.” Seterusnya Maidi dan aku berada di pinggir danau yang airnya indah berkilau dengan warna airnya sangat jernih. Aku mencoba berenang dan hampir nyaris tenggelam, seketika Maidi menyelamatkanku. Ketika aku siuman dari kejadian tersebut, sedikit shok dan setengah sadar aku menuliskan disebuah batu yang berada dekat disampingku ”HAI, SAHABAT TERBAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU.”
        Setelah beraktifitas seharian, kami berempat menuju ke sebuah perkemahan kecil yang kami dirikandan kami berempat saling bercerita apa yang kami alami dan saling menyampaikan dari Imul dan Aku tulis secara berbeda serta waktu yang berbeda dari kejadiaan tersebut. Imul menjelasjkan dulu pada teman terbaiknya dari makna ia tuliskan, ia juga menyambung ceritaku sekaligus dari apa yang ku ceritakan atas kejadian yang nyaris kehilangan nyawaku, Arif, Maidi dan aku menyimak pembicaraan yang disampaikan Imul denga penuh hati, Imul tersenyum dan berkata “KETIKA SEORANG SAHABAT TERBAIK MELUKAI HATI, MAKA TULISLAH DIPASIR AGAR MAAF DATANG MENGHEMBUS KENCANG DAN MENGHAPUS TULISAN TERSEBUT, DAN JIKA SUATU HAL LUAR BIASA TERJADI, MAKA PAHATLAH DIATAS BATU AGAR TIDAK HILANG DITIUP ANGIN.”

         Atas kejadian yang kami lakukan, kami berempat mendapat pelajaran berharga dari seorang sahabat yang berkata bijak dengan penuh canda dan tawa yang dapat diambil dari perkataan untuk kami. Bagi diriku peribadi arti sahabat adalah ”SAHABAT SEJATI YANG HEBAT ADALAH DAPAT MENYADARKAN TEMANNYA DARI PERKATAAN DAN PERBUATAN YANG DAPAT MENYADARKAN, TERKADANG PERKATAAN DAN PERBUATAN TERSEBUT TIDAK DAPAT DIPAHAMI SERTA TIDAK TAHU APA YANG IA SAMPAIKAN PADA DARI APA YANG IA MAKSUD, HANYA SAJA DENGAN CANDA DAN TAWA SEDIKIT MERENUNGI DARI HATI KEHATI LAIN YANG TERSAMBUNG UNTUK MEMAHAMINYA.”

Kamis, Maret 05, 2015

SABAR GASAN SADAR

Anggota :
1.       Muhammad Safi’i           sebagai Fi’i
2.       Haidir                            sebagai Ustadz H. Haidir.
3.       Muhammad Arifin           sebagai Ipin
4.       Rahmi                           sebagai Narator
5.       Fatmawati                      sebagai Acil Wati
6.       Mia Rizky                      sebagai Siti
7.       Rikka Thalia R                sebagai Acil Ina
8.       Rujaida                          sebagai Hj Jalina
9.       Noor Zaitun                    sebagai Mak Itun

Sabar Gasan Sadar
     Di kampung Sungai Balum, ada seorang janda miskin nang baisi anak liwar macalnya, ngarannya si Fi’i. Fi’i di tinggal akan Abahnya sudah 2 tahunan, samukur di tinggal Abahnya, gawiannya maulah katuju mamanya sakit hati. Pas malam jum’at, samalaman inya kada babulikan ka rumah sampai subuh.
Fi’i              :”Tok... tok... tok.” (mangatuk lawang). “ Ma... uy.. Ma.. !!, bukai lawang? ”. (sambil manggandang lawang gancang banar).
Mak Itun     :“Uma si Fi’i ai, hanyar ha ikam bulik?.”
Fi’i              :“Mauk nah !!,  aku mangantuk, mambukai lawang lambat banar?.”
Mak Itun     :“Astaghfirullahal’adzim... Fi’i Fi’i.”
Si Fi’i masuk ka kamar langsung barabah, Mak Itun ka padu handak manjarang banyu.Tuntung manjarang banyu, Mak Itun langsung ka rumah Hj Jaliha, handak maambil tapsan salajur mambarasihi akan rumah sidin. Hj Jaliha ngini bininya Ustadz H. Haidir, baisi   nang bungas banar, ngarannya Siti.
Mak Itun     :“Assalamu’alaikum...  Hj Jaliha?.”
Siti            :“Wa’alaikum salam, ngapa cil?. Hadang ulun mangiau akan mama,          
                  masuk dulu pian.”
“Ma... Acil Itun mancari?.“
(Mamanya Siti mandatangi, limbah ngitu, Mak Itun maambil sasapu ka padu, sambil mambarasihi lantai. Mak Itun lwawan Hj Jalina bapandiran di ruang tamu.
      Hj Jalina     :“Kaya ngapa wahin si Fi’i?.“
      Mak Itun     :“Kaya ngitu pang sudah, kadada ubah-ubahnya.”
      Hj jalina      :“Balum mandapat hidayah Tuhan kalo inya, bawa basabar haja gen dulu
pian.”
       Mak Itun    :“Inggih Hj Jalina ai.”
Di rumah si Fi’i maamuk kalaparan handak makan, Acil Wati nang di higa rumah mandangar Fi’i amuk, Acil Wati mandatangi Fi’i handak managur.
       Acil wati     :”Fi’i... kanapa ikam pina dahui-dahui?.“
       Fi’i :“Aku handak makan Cil ai, si mama kadada di rumah.”
       Acil Wati    :“Mama ikam bagawi di rumah Ustadz H. Haidir,  mancari akan gasan
ikam pang handak makan.“
       Fi’i :“Kanapa sampian jadi manuduhi  ulun kaya ngitu?, mama ulun kada!!.“
       Acil wati     :“Astagfirullah... Fi’i ai, di tuduhi manyarik-nyarik.“
Malihat mamanya kadada di rumah, si Fi’i bajalan ka warung Acil Ina, saat di jalan tatamu lawan si Ipin.
        Ipin           :“ Eh Fi’i, handak kamana?.“
        Fi’i            :“Aku handak ka warung nah, umpatkah ikam?.“
        Ipin           :“Ayuha barang nah,  kita mawarung haja nah ka warung Acil Ina.“
        Fi’i            :“Lakasi nah, jangan lambat.“
Fi’i lawan ipin bajalan baimbai ka warung acil Ina, Sasampainya diwarung.
        Ipin           :“(!!!).“
        Acil Ina     :“ Ngapang Pin, pina bingung dintu?.“
        Ipin           :“Teh 2 buah Cil ai.“
         Fi’i           :“Ai,,,, teh haja kah?, aku lapar, handak makan.“
         Ipin          :“Amun kam handak makan, bayar saurangan, aku mambayari teh haja.“
         Fi’i           :“Uma,,,, Ipin ai lawarnya, sakali-kali ah wan kawan.”
         Ipin          :“Aku lagi kadada jua kawan ai.“
         Acil Ina    :“Ngapa kah buhannya ngeni di pandir akan?.“
         Fi’i           :“Bahutang kawa kah Cil, ulun handak makan.“
         Acil Ina    :“Aur bahutang ha tarus, pabila bayarnya?.“
         Fi’i           :“Ipin Cil ai mambayari akan.“
         Ipin          :“Bahapal, coba ikam bayari saurangan.“
         Acil Ina     :“Tahu Fi’i nginih?, bantui situ mama ikam mencari, kasihan sidin!.“
         Fi’i           :“Kada jadi aku makan nah, di mana-mana aur di sariki ha tarus!.“
Fi’i kada mahirani lagi, inya langsung bulik ka rumah.
         Mak Itun   :“Umay lah nak,  ngapa pina baancap-ancap?.“
         Fi’i           :“Sampian kadada di rumah, ulun handak makan!.“
         Mak Itun:“Ai, maka sudah ku sadia akan makanan di bawahtatudung.“
         Fi’i           :“Aur timpi ha tarus lawan tahu, ulun muyak!, sini duit nah, ulun handak  
             makan di warung haja.“
          Mak Itun   :“Fi’i ai, aku duit kadada lagi nah.“ (sambil menangis).
          Fi’i           :“Pokonya harus ada duitnya ma ai, ulun kada handak makan pakai timpi
               lawan tahu tarus, dulak Ma ai, tahu kada!.“
          Mak Itun:“Yaa Allah, kanapa ikam jadi kaya ngeni Fii?, kada paham banar lawan
              pandapatan Mama satiap hari ikam ngini.“
          Fi’i           :“Ulun dasar kada paham tahu kada Ma, pokoknya ulun kada handak
   makan pakai timpi lawan tahu.“
           Mak Itun  :“jadi pang, kayapa lagi ikam nak, mama mancari akan duitnya?, makan
   apa yang ada ai.“
           Fi’i          :“Kada tahu ai, kayapakah sito, asal nyaman ha makannya ma ai.“
Mak Itun pun kaluar rumah karna Mak Itun kada tahan lagi lawan kalakuan anaknya nang karas kapala banar. Pas Mak Itun bajalan, sidin tapikiran.
“Oh, jaka aku bakisah lawan Ustadz H. Haidir”
Mak Itun pun langsung ka rumah Ustadz H. Haidir handak manamui sidin.
Mak Itun:“Assalamu’alaikum,,, Ustadz?.”
Ustadz   :“Wa’alaikum salam, kanapa sampian pina sadih banar muhanya?.”
Mak Itun:“Ulun sadih banar mikir akan anak ulun, inya kada mau basyukur lawan apa 
    nang ada, handak nyamannya haja, bagawi kada bisa.”
Ustadz   :“Astaqfirullah,,, Masya Allah, banyak basabar ai sampian, bausaha wan    
   tawakkal, sarah akan sagalanya wan Allah. Hadangi satumat, ulun
    mausaha akan.”
(Mambuka butul nang baisi banyu sambil mambaca akan do’a ka dalam banyu).
   “Nah Cil, mudahan anak sampian mau baubah kalakuannya.”    
Mak Itun:“Alhamdulillah, tarima kasih banyak, mudahan ai liwat parantara pian
   wan do’a pian tadi kawa maubah kalakuananak ulun.”
Ustadz   :“Geh, sama-sama, aamiin.”
Imbah ngitu, Mak Itun langsung bulik dan mambawa botol nang baisi banyu tadi (nang sudah di do’a akan  Ustadz H.). Pas  sudah sampai di rumah,  Mak Itun langsung maunjuk  banyu tadi  kanu si Fi’i.
Fi’i           :“Banyu ngapa ngini ma?.”
Mak Itun  :“Minum ha nak ai, ikam pina kahausan di lihat.”
Fi’i           :“Pas banar ma ai, tahu banar ulun lagi kahausan.”
Mak Itun   :“Mun tuntung minum langsung ha lagi bawa mandi ka padu, imbah ngitu bawa
                sambahyang kah nak ai.”
Fi’i           :“Iyeh ha, ulun gen handak mandi jua, kauyuhan saharianan di luar rumah.”
Limbah kada lawas babarapa hari, si Fi’i mulai ada parubahan, tapi masih ada sadikit karas kapalanya. Pas siang hari inya handak ka warung Acil Ina.
            Fi’i           :“Cil, hutangku barapa?.”
            Acil Ina     :“Handak ngapang ikam, manahuri kah?.”
            Fi’i           :“Handak tahu ai dulu Cil ai.”  
Imbah ngitu datang si Siti. Si Fi’i pun pina tapasona lawan Siti.
  Fi’i           :“Siti oh Siti?, samukur lawas kada talihat sasar babungas wahini.”
  Siti           :“Emmmht, bisa banar pian ngini manggombal.”
Fi’i           :”Uma ai Siti ngini, dasar bujur ikam ngito bungas, ibaratnya ngito
   bidadari nang singgah di hati ulun salawasan.”
Siti          :”Bahapal ikam ngini Fi’i ai, banyaknya lagi binian yang bungas-bungas
   di kampung sini, kada ulun haja ah.” (sambil bajalan maninggal akan
   warung).
Fi’i           :”Ai, handak kamana ikam Siti?, bagana haja gen mangawani ulun
               duduk di sini”
Siti          :”Indah ai ulun duduk wan pian, ulun gen aur di rumah, kalo mama
   mancari!.”
            Siti bulik ka rumah, gara-gara mamanya manyuruh. Hanyar si Fi’i, imabah tuntung mawarung, inya bulik jua karumah. Sasampainya di rumah, inya masuk ka kamar, barabahan di atas tilam sambil mandangar lagu nang dikatujuinya.
Fi’i           :”Ma?, minta duit, ulun handak nukar ruku, mamusang kapala nah.” 
   (bakuciak nyaring).
            Mak Itun lagi di padu, manjamur tapasan Fi’i di dadaian. Fi’i bakuciak dalam kamar, imbah ngitu inya kaluar kamar langsung ka padu manamui mamanya.
Fi’i           :”Ma, kanapa ulun bakuciak kada di hirani?.”
Mak Itun   :”Mama kada mandangar nak ai,  ikam mamutar musik kanyaringan
                 pang, cuba di gimiti?.”
Fi’i           :”Iyih, satumat ha mamatii kena, minta duit nah?.”
Mak Itun   :”Gasan ngapa pulang, tadi sudah ku julung kalo, kada mayu kah?.”
Fi’i           :”Imbahnya pang, Ulun handak nkar ruku, sakit kapala nah.”
Mak Itun   :”Kanapa taka ruku, jurang nukar obat mun sakit kapala.”
Fi’i           :”Lain sakit kapalanya Ma ai, capati nah?.”
Mak Itun   :”Marmanya ikam nak, iyiha barang nah, tapi jangan pina manyanyarik
    bapandirnya.”
Fi’i           :”iyih ha.”
Pas di kamarian hari, imbah ngitu si Fi’i bajalan manuju ka warung handak nukar ruku. Di tangah jalan, si Fi’i malihat Siti tuntung batatukar di warung, F’i mamaraki Siti handak marawa, tapi Sitinya kada mahirani badahara. Hati Fi’i sangkal banar di dada, maulah inya mamauk ha, tapi kawa haja inya manahani.
Pas tabarung, Mak Itun sangkal jua lawan kalakuan si Fi’i, Mak Itun sudah bausaha banar gasan kabaikan anaknya, tapi si Fi’i nya masih kada baubah kalakuannya nang macal wan karas kapala. Mak Itun kada pantang manyarah, Mak Itun sakali lagi ka rumah Ustadz H. Haidir, minta pandapat supaya kawa maubah kalakuan anaknya. Kada lawas, Mak itun langsung ka rumah Ustadz H.Haidir.
Mak Itun  :”Assalamu’alaikum, Ustadz?.”
Ustadz     :”Wa’alaikum salam, handak ngapa sampian, bawa bakisah pang dulu.”
Mak Itun   :”kaya ngini Ustadz, anak ulun masih kada mau baubah kalakuannya,
    managis ulun malihat inya ngitu, adakah pandapat sampian?.”
Ustadz     :”Kita sarah akan haja samuanya wan Allah, ulun usaha akan banar,
              melalui ulun kawa maubah kalakuan anak pian.”
Mak Itun   :”Tarima kasih banyak Ustadz, kayapa ulun mambalas kabaikan
                  sampian?.”
Ustadz     :”Kada usah gen, tarima kasih ulun ikhlas handak mambantu kasulitan
                  pian.”
            Balangsung dalam 1 bulan lawasnya, si Fi’i lawan Ustadz H. Haidir di bawai tarus bila ada caramah di kampungnya lawan jua bajiarah ka guru sakumpul di Martapura. Kada ngitu haja, Ustadz H. Haidir mambari kanu Fi’i amalan nang bagus gasan inya. Lantaran ngitu, si Fi’i babagus kalakuannya. Imbah saban sambahyang subuh si Fi’i mangaji Al-Qur’an lawan Ustadz H. Haidir.
            Wahini si Fi’i baubah banar, kalakuan nang lagi dahulu kada talihat lagi. Mak Itun malihat kaadaan anaknya wahini, tatangis saurangan haja lagi, saking bahagianya si Fi’i nang kaya ngitu.
            Pas liwat jam12 malam, Si Fi’i tabangun bakas guring, inya mandangari mamanya nang lagi sambahyang tahajud.
Mak Itun   :(Dalam do’anya sambil manangis bahagia).
Imbah mandangari Do’a mamanya, si Fi’i mamaraki mamanya.
Fi’i           :”Ma, ulun banyak banar badosa wan pian, ulun minta ma’af beribu
                maaf, ulun banyak banar manyakiti hati pian tarus.” (managis mamohon
              ampun).
Mak Itun   :”kada usah minta maaf, sudah di maaf akan nak ai, jangan lagi lah nak.”
    (sambil mamusuti pundak balakang anaknya).
Fi’i           :”Tarima kasih Ma ai, ulun janji kada manyakiti pian lagi salawasan.”
Mak Itun   :”Inggih nak ai, banyaki minta ampun lawan Allah pian nak ai, banyaki
    baibadah supaya hati pian barasih.”


TUNTUNG